Suatu ketika, Abu Umamah Al-Bahili, salah seorang sahabat setia Nabi Muhamad saw. bercerita, ada
Seorang laki-laki datang kepada Nabi Muhamad saw. dan kemudian bertanya,"Wahai Rasulullah, apa
pendapat tuan ketika melihat seorang yang berperang, tapi mendapat upah dan ketenaran?" Nabi
Muhamad saw. menjawab, "Dia tidak mendapatkan apa-apa!" Lelaki itu bertanya lagi hingga tiga kali,
Dan jawaban Nabi Muhamad saw. pun tidak berubah. Akhirnya, Nabi Muhamad saw. bertanya untuk
Yang terakhir kalinya, "sesungguhnya Allah tidak menerima amal seseorang tampa Ia iklas melakukan
Dan semata-mata untuk mendapatkan rida Allah."(H.R. An-Nasai)
Melalui hadis di atas Nabi Muhamad saw. mengajarkan kepada kita untuk melakukan segala sesuatu dengan iklas, tampa pamprih. Segala bentuk benda materi yang didapatkan seseorang sejatinya tidak akan berarti apa-apa disisi Alah, ketika hasil itu didapat dengan jalan tidak halal. amal perbuatan seseorang tidak berguna disisi Allah, ketika Ia melakukan dengan keterpaksaan.
Orang yang tidak iklas beramal sebenarnya sama saja dengan mencoba menipu Allah, padahal sejatinya mereka telah menipu dirisendiri. Allah maha tahu apa yang ada dalam hati setiap hambanya. tidak ada yang tersembunyi sedikitpun dari pengawasanya.
Iklas atau tidaknya seseorang dalam beramal tidak akan diketahui secara lahirnya, karena Ia ada dalam wilayah hati. hanya Allah dan diri Kita yang tahu. makanya ketika Nabi Muhamad saw. ditanya tentang Seorang pejuang yang dengan gagah berani berperang menaklukan musuh, tetapi Dia melakukan itu hanya untuk gaji atau upah, atau semata-mata untuk mendapatkan ketenaran, semua itu tidak ada nilainya di sisi Allah. Allah hanya menilai keiklasan hambanya. ini sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam surah Al-Bayyinah ayat 6, "Dan Mereka tidaklah diperintahkan selain agar menyembah Allah semata dengan iklas hati dan menjalankan agama yang benar. menjalankan shalat dan menunaikan zakat. itulah agama yang kokoh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar